Toko Karangan Bunga Bulukumba adalah salah satunya Jaringan Toko Bunga Online Alicia Florist untuk daerah pengiriman Kota Bulukumba, Jawa timur serta sekelilingnya. Toko Bunga Nusantara adalah Toko Bunga Online yang telah di yakin oleh beberapa Lembaga Pemerintah, BUMN, Bank, srta Perusahaan – Perusahaan Besar di Indonesia. Untuk Rujukan anda untuk lihat beberapa Client Toko Bunga Nusantara bisa anda melihat di Daftar Client. Toko Bunga Nusantara mempunyai Cabang/ Relasi di 20 Ibukota Propinsi di Indonesia serta dapat layani pengiriman Karangan Bunga sekitar 150 Kabupaten/ Kota di Indonesia. Untuk semakin detailnya bisa anda kontak cs kami.
WA 0852-5645-4935
TOKO Karangan BUNGA Bulukumba terima pesanan beraneka macam serangkaian Bunga untuk di kirimkan ke daerah Kota Bulukumba, Jombang, Mojokerto, Nganjuk serta sekelilingnya. Kami terima pesanan serangkaian Bunga seperti Bunga Papan, Bunga Meja, Bunga Tangan serta yang lain. Di bawah ini contoh karangan Bunga Papan Produk Toko Bunga Bulukumba.
Kami Meyediakan Beragam Bunga Ucapan diantaranta;
- Karangan Bunga Pernikahan Bulukumba
- Karangan Bunga Duka Cita Bulukumba
- Bunga Launching
- Bunga Sertijab
- Dan lain lain
Kami akan selekasnya mengirim pesanan papan bunga Bulukumba anda dengan pas waktu serta kualitas paling baik yang kami punya.
Sedikit Tentang Kabupaten Bulukumba, Propinsi Sulawesi Selatan
Kabupaten Bulukumba (Bugis: ᨀᨅᨘᨄᨈᨛ ᨅᨘᨒᨘᨀᨘᨅ) salah satu Wilayah Tingkat II di propinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terdapat di Kota Bulukumba. Kabupaten ini mempunyai luas daerah 1.154, 58 km² serta dengan penduduk sekitar 418.326 jiwa (berdasar data BPS Kabupaten Bulukumba 2019). Kabupaten Bulukumba memiliki 10 kecamatan, 27 kelurahan, dan 109 desa.[2]
Geografi
Dengan cara daerah, Kabupaten Bulukumba ada pada situasi empat dimensi, yaitu dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran rendah, pantai serta laut terlepas. Kabupaten Bulukumba terdapat di ujung sisi selatan ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan, populer dengan industri perahu pinisi yang banyak memberi nilai lebih ekonomi buat warga serta Pemerintah Wilayah. Luas daerah Kabupaten Bulukumba 1.154, 58 km² dengan jarak menempuh dari Kota Makassar seputar 153 Km.[2]
Batas Daerah
Dengan cara geografis Kabupaten Bulukumba terdapat pada koordinat di antara 5°20″ sampai 5°40″ Lintang Selatan serta 119°50″ sampai 120°28″ Bujur Timur. Batas-batas wilayahnya ialah:
Samping Utara: Kabupaten Sinjai
Samping Selatan: Kabupaten Kepulauan Selayar
Samping Timur: Teluk Bone
Samping Barat: Kabupaten Bantaeng.
Topografi
Wilayah dataran rendah dengan ketinggian di antara 0 s/d 25 mtr. di atas permukaan laut mencakup tujuh kecamatan pesisir, yakni: Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang serta Kecamatan Herlang. Wilayah bergelombang dengan ketinggian di antara 25 s/d 100 mtr. dari permukaan laut, mencakup sisi dari Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang, Kecamatan Bulukumpa serta Kecamatan Rilau Ale. Wilayah perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang dari mulai Barat ke utara dengan ketinggian 100 s/d di atas 500 mtr. dari permukaan laut mencakup sisi dari Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa serta Kecamatan Rilau Ale.
Ketinggian
Daerah Kabupaten Bulukumba semakin didominasi dengan situasi topografi dataran rendah sampai bergelombang. Luas dataran rendah sampai bergelombang serta dataran tinggi hampir sama, yakni bila dataran rendah sampai bergelombang sampai seputar 50, 28% karena itu dataran tinggi sampai 49, 72%.
Klimatologi
Kabupaten Bulukumba memiliki temperatur rerata sekitar di antara 23, 82 °C – 27, 68 °C. Temperatur pada rata-rata ini benar-benar pas untuk pertanian tanaman pangan serta tanaman perkebunan. Berdasar analisa Smith – Ferguson (type iklim diukur menurut bulan basah serta bulan kering) karena itu kategorisasi iklim di Kabupaten Bulukumba termasuk juga iklim lembap atau cukup basah.
Kabupaten Bulukumba ada di bidang timur, musim gadu di antara Oktober – Maret serta musim rendengan di antara April – September. Ada 8 buah stasiun penakar hujan yang menyebar di sejumlah kecamatan, yaitu: stasiun Bettu, stasiun Bontonyeleng, stasiun Kajang, stasiun Batukaropa, stasiun Tanah Kongkong, stasiun Bontobahari, stasiun Bulo–bulo serta stasiun Herlang.
Wilayah dengan curah hujan paling tinggi ada pada daerah barat laut serta timur sedang pada wilayah tengah mempunyai curah hujan sedang sedang di bagian selatan curah hujannya rendah.
Curah hujan di Kabupaten Bulukumba seperti berikut:
•Curah hujan di antara 800 – 1000 mm/tahun, mencakup Kecamatan Ujungbulu, beberapa Gantarang, beberapa Ujung Loe serta sejumlah besar Bontobahari.
•Curah hujan di antara 1000 – 1500 mm/tahun, mencakup beberapa Gantarang, beberapa Ujung Loe serta beberapa Bontotiro.
•Curah hujan di antara 1500 – 2000 mm/tahun, mencakup Kecamatan Gantarang, beberapa Rilau Ale, beberapa Ujung Loe, beberapa Kindang, beberapa Bulukumpa, beberapa Bontotiro, beberapa Herlang serta Kecamatan Kajang.
•Curah hujan di atas 2000 mm/tahun mencakup Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa serta Kecamatan Herlang.
Tipe tanah
Tanah di Kabupaten Bulukumba didominasi tipe tanah latosol serta mediteran. Dengan cara detil terdiri dari tanah alluvial hidromorf coklat kelabu dengan bahan induk pengendapan simak pasir ada dipesisir pantai serta beberapa di daratan sisi utara. Sedang tanah regosol serta mediteran ada pada beberapa daerah bergelombang sampai berbukit di daerah sisi barat.
Hidrologi
Sungai di Kabupaten Bulukumba ada 32 saluran yang terbagi dalam sungai besar serta sungai kecil. Sungai-sungai ini sampai panjang 603, 50 km serta yang terpanjang ialah sungai Sangkala yaitu 65, 30 km, sedang yang terpendek ialah sungai Biroro yaitu 1, 50 km. Sungai-sungai ini dapat mengairi tempat sawah seluas 23.365 Ha.
Riwayat
Mitologi penamaan “Bulukumba “, konon mengambil sumber dari dua kata dalam bahasa Bugis yakni “Bulu’ku” serta “Mupa” yang dalam bahasa Indonesia bermakna “masih gunung punya saya atau masih gunung punya saya “.
Mitos ini pertama-tama ada pada era ke–17 Masehi saat berlangsung perang saudara di antara dua kerajaan besar di Sulawesi yakni Kerajaan Gowa serta Kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang namanya “Tana Kongkong “, di situlah utusan Raja Gowa serta Raja Bone berjumpa, mereka berdialog dengan cara damai serta memutuskan batas daerah impak kerajaan semasing.
Bangkeng Buki’ (dengan cara harfiah bermakna kaki bukit) yang disebut barisan lereng bukit dari Gunung Lompobattang diklaim oleh faksi Kerajaan Gowa untuk batas daerah kekuasaannya dari mulai Kindang sampai ke daerah sisi timur. Tetapi faksi Kerajaan Bone berkeras memertahankan Bangkeng Buki’ untuk daerah kekuasaannya dari mulai barat sampai ke selatan.
Bermula dari momen itu selanjutnya tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis “Bulu’kumupa” yang selanjutnya pada tingkatan aksen khusus alami perkembangan proses bunyi jadi “Bulukumba “.
Konon semenjak itu nama Bulukumba mulai ada serta sampai sekarang sah jadi satu kabupaten.
Peresmian Bulukumba jadi satu nama kabupaten diawali pada terbitnya Undang–Undang Nomor 29 Tahun 1959, mengenai Pembangunan Wilayah–daerah Tingkat II di Sulawesi yang dilakukan tindakan dengan Ketentuan Wilayah Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun 1978, mengenai Simbol Wilayah.
Pada akhirnya sesudah dilaksanakan seminar satu hari pada tanggal 28 Maret 1994 dengan narasumber Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada (pakar riwayat serta budaya), karena itu diputuskanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yakni tanggal 4 Februari 1960 lewat Ketentuan Wilayah Nomor 13 Tahun 1994.
Dengan cara yuridis resmi Kabupaten Bulukumba sah jadi wilayah tingkat II sesudah diputuskan Simbol Wilayah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 serta setelah itu dilaksanakan pengukuhan bupati pertama, yakni Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960.
Jargon Kabupaten Bulukumba
Pola kesejarahan, kebudayaan serta keagamaan memberi nuansa moralitas dalam skema pemerintahan yang pada tatanan khusus jadi norma buat susunan kehidupan warga lewat satu konsep “Mali’ siparappe, Tallang sipahua.”
Pernyataan yang menggambarkan kombinasi dari dua aksen bahasa Bugis – Konjo itu adalah deskripsi sikap batin warga Bulukumba untuk mengemban mandat persatuan di merealisasikan keselamatan bersama-sama untuk terbentuknya arah pembangunan lahir serta batin, material serta spiritual, dunia serta akhirat.
Nuansa moralitas ini juga yang memicu lahirnya jargon pembangunan “Bulukumba Berlayar” yang mulai disosialisasikan pada bulan September 1994 serta disetujui pemakaiannya di tahun 1996. Konsepsi “Berlayar” untuk kepribadian pembangunan lahir batin memiliki kandungan filosofi yang cukup dalam dan mempunyai hubungan kesejarahan, kebudayaan serta keagamaan dengan warga Bulukumba.
“Berlayar “, sebuah akronim dari kalimat kausalitas yang mengeluarkan bunyi “Bersih Lingkungan, Alam Yang Ramah “. Filosofi yang terdapat dalam jargon itu disaksikan dari tiga bagian pijakan, yakni riwayat, kebudayaan serta keagamaan.
Pijakan Riwayat
Bulukumba lahir dari satu proses perjuangan panjang yang mempertaruhkan harta, darah serta nyawa. Perlawanan rakyat Bulukumba pada kolonial Belanda serta Jepang mendekati Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 1945 dengan diawali terciptanya “barisan merah putih” serta “laskar brigade pemberontakan Bulukumba angkatan rakyat “. Organisasi yang populer dalam riwayat perjuangan ini, melahirkan pejuang yang berani mati menerjang gelombang serta badai untuk merampas cita–cita kemerdekaan untuk bentuk tuntutan hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa serta bernegara.
Pijakan Kebudayaan
Dari bagian budaya, Bulukumba sudah tampil jadi satu “legenda kekinian” dalam arena kancah kebudayaan nasional, lewat industri budaya berbentuk perahu, baik itu perahu tipe pinisi, padewakkang, lambo, pajala, atau tipe lepa–lepa yang sudah sukses mencuatkan nama Bulukumba di dunia internasional. Kata monitor mempunyai pandangan pada ada subyek yang namanya perahu untuk satu refleksi kreasi warga Bulukumba.
Pijakan Keagamaan
Warga Bulukumba sudah bersinggungan dengan ajaran agama Islam semenjak awal era ke–17 Masehi yang diprediksikan tahun 1605 M. Ajaran agama Islam ini dibawa oleh tiga ulama besar (waliyullah) dari Pulau Sumatra yang masing–masing bertitel Dato Tiro (Bulukumba), Dato Ribandang (Makassar) serta Dato Pattimang (Luwu). Ajaran agama Islam yang berintikan tasawwuf ini menumbuhkan kesadaran religius buat penganutnya serta menggerakkan sikap kepercayaan mereka untuk berlaku zuhud, suci lahir batin, selamat dunia serta akhirat dalam rangka tauhid “appasewang” (meng-Esa-kan Allah SWT). Disamping itu Ada Mesjid paling tua ke-3 di Sulawesi Selatan yang diberi nama Masjid Nurul Hilal Dato Tiro yang terdapat di Kecamatan Bontotiro.